http//www.manahilkhair.com

special for AiLL My son n Muhar my wife

Minggu, 31 Oktober 2010

DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

D. Patofisiologi/Pathways

E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena < 100
- Darah kapiler < 80
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <110
- Darah kapiler<90
100-200
80-200

110-120
90-110

>200
>200


>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

H. Pengkajian
? Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
? Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
? Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

? Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
? Integritas Ego
Stress, ansietas
? Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
? Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
? Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
? Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
? Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
? Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury

J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
? Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
? Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
? Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
? Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
? Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
? Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
? Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
? Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
? Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
? Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
? Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
? Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
? Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
? Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
? Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
? Pantau masukan dan pengeluaran
? Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
? Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
? Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
? Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
? Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
? Kaji tanda vital
? Kaji adanya nyeri
? Lakukan perawatan luka
? Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
? Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
? Hindarkan lantai yang licin.
? Gunakan bed yang rendah.
? Orientasikan klien dengan ruangan.
? Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
? Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi


DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

Senin, 18 Oktober 2010

Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan waktu.Adapun manfaat dari pendokumentasian diantaranya sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien(Effendi, 1995).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian menurut Potter dan Perry dalam Nur salam(2001), memberikan panduan sebagai petunjuk cara pendokumentasian dengan benar yaitu :
1. Jangan menghapus dengan tipe -x atau mencoret tulisan yang salah. Cara yang benar adalah dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata “salah” lalu diparaf kemudian tulis catatan yang benar.
2. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien ataupun tenaga kesehatan lain. Tulislah hanya uraian obyektif perilaku klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
3. Koreksi kesalahan sesegera mungkin.
4. Catat hanya fakta catatan harus akurat dan realible.
5. Jangan biarkan pada catatan akhir perawat kosong.
6. Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang lugas.
7. Catat hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
8. Hindari penulisan yang bersifat umum. Tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.
9. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda tangan.

Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus bersifat obyektif, akurat dan
menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada diri klien. Sehingga
apabila diperlukan, dokumentasi ini dapat menunjukkan bahwa perawat telah
mencatat dengan benar dan tidak bertentangan dengan kebijakan atau peraturan
institusi pemberi pelayanan kesehatan
Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian atau aktivitas yang otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang tertulis. Manfaat dokumentasi menurut Allen (1998) antara lain:
• Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan dan dengan tim kesehatan lain
• Sebagai bagian yang permanen dari rekaman medik.
• Sebagian dokumen yang legal dan dapat diterima di pengadilan.
Tueng (1996) menambahkan, dengan:
• Untuk menghindari pemutarbalikan fakta.
• Untuk mencegah kehilangan informasi.
• Agar dapat dipelajari perawat lain.
Prinsip-prinsip dokumentasi menurut AIlen (1998), yaitu:
• Tersedia format untuk dokumentasi.
• Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau mengobservasi langsung.
• Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan.
• Catatan dibuat kronologis.
• Penulisan singkatan dilakukan secara umum.
• Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan, dan inisial penulis.
• Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.
• Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan tip-ex. penghapus tinta atau bahan lainnya.
Sistem pencatatan keperawatan dapat mempergunakan bermacam¬-macam tipe format (Allen, 1998):
• Lembar pengkajian
Lembar pengkajian dengan jelas menggambarkan data-data yang perlu dikurnpulkan, perawat tinggal mengisi data sesuai dengan yang tercantum dalam lembar pengkajian
• Catatan perawat berbentuk narasi
Deskripsi informasi klien dalam bentuk naratif.
• Catatan bentuk SOAP
Pancatatan SOAP digunakan dengan catatan medik yang berorientasi pada masalah klien (Problem Oriented Medical Record) yang menggambarkan kemajuan klien yang terus menerus ke arah resolusi masalah. Pencatatan SOAP terdiri dari empat bagian, yaitu data subyektif, data obyektif, analisis data dan rencana. Data subyektif ditulis dalam tanda kutip tentang keluhan klien yang dicatat yaitu data yang dapat dilihat,didengar dan dirasa oleh perawat; analisis dilakukan megintepretasikan data subyektif dan obyektif, kemajuan kearah diagnosa keperawatan yang dicatat. Planning dilakukan dengan mencatat rencana untuk mengatasi masalah yang dianalisa.
• Catatan Fokus
Perawat mencatat masalah berfokus pada masalah yang spesifik yang terdiri dari komponen diagnosa keperawatan, data subyektif dan obyektif yang mendukung, tindakan keperawatan, respon klien terhadap intervensi keperawatan dan penyuluhan.
• Grafik dan Flow sheet
Catatan flow sheet dan grafik menggambarkan data berulang klien yang harus senantiasa dipantau oleh perawat, seperti nadi, tekanan darah, obat-obatan, masukan dan pengeluaran.Pelayanan keperawatan/kebidanan merupakan pelayanan profesional dari pelayanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan dan kebidanan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas
pelayanan di rumah sakit dan puskesmas. Dokumentasi keperawatan dan kebidanan tidak hanya merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan bidan secara sah; oleh karena itu, perawat/bidan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional.
PENGERTIAN
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum“. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting (Tungpalan ,1983).
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi asuhan kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan/ kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.
Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan/kebidanan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan/kebidanan secara baik dan benar.
PENDOKUMENTASIAN
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi imformasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan dan medik, respons pasen terhadap asuhan kerawatan/kebidanan yang diberikan dan respons terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi lebih lanjutan.Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu komunikasi antara sesama perawat/ bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana pengobatan.
KOMPONEN MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi :
1. Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
2. Dokumentasi proses keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat umtuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
3. Standar dokumentasi
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kwantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
TUJUAN UTAMA DOKUMENTASI
Tujuan utama dari pendokumentasian adalah :
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
MANFAAT DAN PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek :
1. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan). Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.
3. Komunikasi, Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan, Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5. Pendidikan, Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
6. Penelitian, Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi, Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada jklien. Dengan demikian dapat diambil kesimoulan tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.
METODE DOKUMETASI PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian dirtujukan pada data klinik dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisisr dalam catatan kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnyayang memungkinkan seagai alat komuniksi bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Petunjuk penulisan pengkajian:
1. Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang meliputi :
• Riwayat pasien masuk rumah sakit
• Respon klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien
• Riwayat pengobatan
• Data pasien rujukan, pulang dan keuangan
2. Gunakan format yang telah tersususn untuk pencatatan pengkajianPendekatan :
 mayor body system
 Sistem respirasi
 Sistem kardiovaskular
 Sistem persarafan
 Sistem perkemihan
 Sistem pencernaan
3. Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan (seperti tabel diatas)
4. Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai memasukkan pendapat pribadi.
5. Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data objektif.
6. Jelaskan oervasi dan temuan secara sistematis, termasuk devinisi karakteristiknya
7. Ikuti aturan atauran atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi
8. Tuliskan ecara jelas dan singkat
PENDOKUMENTASIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :
1. Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah diagnosa)
a. Yakinkan masalah pengyeab utama dalam diagnosa sejalan dengan etiologi, contoh : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan mual dan muntah.
b. Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik dan hasil yang berbeda
c. Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnosa keperawatan bisa dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang tidak diketahui etiologinya
2. Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi
3. Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan Nanda sehuungan dengan (diantara problem dan etiologi ) dan dibanding dengan (diantara etiologi, sign dan sympton) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut nanda
4 .Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan
5. Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam keadaan diagnosa keperawatan
6. Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh dokumentasi abgian pengkajian pasien untuk menegakkan diagnosa keperawatan
7. Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing diagnosa keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat catatan perkembangan.
8. Hubungkan pada tiap-tiapdiagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan.
9. Setiap pergantian jaga perawat, gunakan dignosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.
10. Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan darilangkah-langkah proses keperawatan.
11. Pencatatan semua diagnosa keperawtaan harus merefleksikan dimensi dalam masalah yang berosientasi pada pencatatan perawat
12. Suatu agenda atau pencatatan mungkin memerlukan untuk membuat diuagnosa keperawatan dan sisitem pencatatan yang relevan
DOKUMENTASI RENCANA TINDAKAN
Rencana tindakan keperawatan mencakup tiga hal meliputi :
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2. Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan hartus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien
3.Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawa mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan maslaah klien dan antuan yang dterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif:
1. Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber data yang memuaskan meliputi :
 Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit
 Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit
 Keluahan utama klien ataualasan dalam berhuungan dengan pelayanan kesehatan
 Laboratorium ritme
 Latar belakang sosial budaya
 Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
 Observasi dari tim kesehatan lain
2. Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama pada maslah aktual yang mengancam kesehatan,
3. Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuar rencana tindakan erikanlah ganbaran dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawtan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
4. Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk mentapakan masalah ersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
5. Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini perting karena seorang perawat profesionalakan bertanggung jawab dan ertanggung gugat untuk melaksanan rencana tindakan yang telah tertulis.
6. Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action verb
 Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dines
 Timbang B setiap hari
 Informasikan kepada klien alasan isolasi
7. Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa keperawatan.:
 Bagaimana prosedur akan dilaksanakan Kapan dan berapa lama
 Jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan.
8. Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
9. Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani
10. Rencana tindakan harus dicatat seagai hal yang permanen
11. Klien dan keluarganaya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan
12. Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yangditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharuai misalnya setiap pergantian dines, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.
DOKUMENTASI INTERVENSI/ TINDAKAN KEPERAWATAN
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah actual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
1. Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yng lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan
2. Intervensi pemantapan/ observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat. Progam yang lebih dari yang sangat menetukan kesehatan klien. Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti:
• Mengobservasi tanda vital.
• Diagnosa Keperawatan
• Tindakan Keperawatan (Terapeutik)
• Therapi Medicus
• Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
• Cemas
• Penurunan Cardiac out put
• Mengatur posisi untuk pemberian Oksigen
• Suction bila tidak ada kontra indikasi
• Mengajarkan tehnik batuk
• Mengambil sample blood gas arteri
• Mengajarkan kegiatan untuk mengurangi stress
• Mengatur lingkungan yang aman
• Mengalihkan orientasi yang realitas
• Atur posisi fowler/semi fowler
• Mengurangi pergerakan
• Mengatur lingkungan yang merangsang
• Mengatur pemberian Oksigen
• Pemberian obat ekspektoran
• Memeriksa sputum
• Mengukur blood gas arteri
• Memberi obat transquilizer sedative
• Mengurangi diet yang mengandung sodium
• Infus cairan elektrolit sesuai BB
• Memberikan obat untuk meningkatkan cardiac out put.
Dokumentasi intervensi Mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi :
 Why : Harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan
 What : Ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindkan dalam bentuk action verb
 When : Mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan pada waktu pelaksaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban hukuj dan efektifitas tertentu
 How : Tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatn yang lebih detail. Misalnya, “ miringkanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya-upaya penggunaan prosedur keperawatan yng tepat.
 Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada dokumnetasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban
Intervensi yang memerlukan suatu dokumnetasi khusus
Ada dua dokumentasi yang memerlukan dokumnetasi khusus yaitu :
1. Prosedur invasive
Tindakan invasive merupakan bagian yang penting dari proses keperawatan, Karena memerlukan pengetahuan tentang IPTEK yang tinggi. Untuk itu pengetahuan lanjutan di perlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab dalam pemberian intervensi. Misalnya perawat memberika tranfusi, kemoterapi, memasang kateter. Tindakan tersebut di atas kan membawa resiko yang tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu infomed consent sebelum tindakan di laksanakan.
3. Intervensi mendidik klien
Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajar klien dalam rencana mendidik klien dan memelihara laporan kegiatannya. Membutuhkan Pendidikan. Contoh rencana Pendidikan yang berlawan dengan pendikan yang dilaksanakan secara kebetulan sebagai berikut : Rencana pendidikan Pendidikan yang dilaksanakan secara kebetulan
1. Kebutuhan belajar pasien termasuk seluk beluk belajar objektif dan strategi mengajar
2. Kegiatan yang dilaksanakan sesuai jadwal
3. Melaksanakan perawatan secar kontinyu mengenai kebersihan diri setelah kembali kerumah
4. Meneberikan nasehat dan dorongan secara umum yang berkesinambungan
5. Memberikan kesempatan selama pertemuan untuk mengenal car belajar
6. Mengenal pelajaran yang kurang dan membutuhkan rencana belajar secara formal
DOKUMENTASI EVALUASI PERAWATAN
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan entu perencanaan. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi
1. Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocar infark) : tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya : toleransi aktifitas meningkat.
2. Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah minum obat
3. Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke vasilitas lain atau dipulangkan
4. Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif : dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan.
5. Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti, penghilang rasa sakit dari medikasi berlangsung selama 30 menit.
6. Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien. Contoh : kesehatan klien memburuk, : jam 09.00 mengeluh salit di pusat seperti ditikam.

Sabtu, 14 Agustus 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS

I. PENGERTIAN

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II. JENIS FRAKTUR
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III. ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

V. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
VII. PENATALAKSANAAN

a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
? Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
? Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
? Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
? Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VIII. KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

IX. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
? kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
? Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
? Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
? Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
? Tachikardi
? Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
? Cailary refil melambat
? Pucat pada bagian yang terkena
? Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
? Kesemutan
? Deformitas, krepitasi, pemendekan
? kelemahan
d. Kenyamanan
? nyeri tiba-tiba saat cidera
? spasme/ kram otot
e. Keamanan
? laserasi kulit
? perdarahan
? perubahan warna
? pembengkakan lokal


X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
? Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
? Mempertahankan posisi fungsinal
? Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
? Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
? Klien menyatajkan nyei berkurang
? Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
? Tekanan darahnormal
? Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e. Jelaskanprosedu sebelum memulai
f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h. Observasi tanda-tanda vital
i. Kolaborasi : pemberian analgetik

C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
? Penyembuhan luka sesuai waktu
? Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b. Monitor suhu tubuh
c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h. Kolaborasi emberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC
4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Selasa, 10 Agustus 2010

marhaban yaa ramadhan

Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada para shahabatnya dengan masuknya bulan Ramadhan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: أتاكم شهر رمضان شهر بركة، ينزل الله فيه الرحمة، ويحط الخطايا، ويستجيب الدعاء، ويباهي الله بكم ملائكته ، فأروا الله من أنفسكم خيرا ؛ فإن الشقي من حرم فيه رحمة الله Telah [...]

Tanda dan gejala kehamilan normal

Tanda dan gejala kehamilan normal

A. Tanda Presumtif

1. Berhentinya Menstruasi (Amenorea)

Pada seorang wanita sehat yang sudah mengalami menstruasi spontan, teratur dan dapat diperkirakan.jika dengan penghentian mendadak menstruasinya sangat mendukung terjadinya kehamilan.

2. Mual dan Muntah (Nause and Vomiting)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama, karena sering terjadi pada pagi hari (morning sicness).

3. Perubahan pada Payudara

Payudara membesar,tegang dan sedikit nyeri yang disebabkan oleh adanya pengaruh hormon yaitu estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

4. Meningkatnya pigmentasi kulit

Meningkatnya pigmentasi kulit ini dipengaruhi oleh hormon kortikosteroid plasenta.Dijumpai dimuka (cloosma gravidarum), areola, leher, dan dinding perut (linea nigra).

5. Letih (Fatique)

Mudah letih adalah ciri kehamilan dini yang sering terjadi dan memberikan ciri diagnostik yang berharga.

6. Gangguan Kencing

Selama TM-1 kehamilan, uterus yang sedang membesar dapat mendesak kandung kencing sehingga dapat menyebabkan sering kencing.

7. Ngidam Makanan

Merasa sangat ingin menikmati makanan tertentu, biasanya buah-buahan yang rasanya asam.

8. Sakit Kepala

Hal ini sering disebabkan oleh adanya pengaruh hormon,dan dapat diatasi dengan teknik relaksasi, istirahat, atau mandi air hangat.

B.Bukti Kemungkinan Kehamilan

1. Pembesaran Abdomen

Setelah 12 minggu kehamilan, uterus biasanya dapat diraba melalui dinding abdomen, tepat diatas simfisis. Kemudian uterus secara bertahap bertambah besar sampai akhir kehamilan. Umumnya pembesaran abdomen selama usia subur pada wanita secara kuat mengesahkan kehamilan.

2. Perubahan Ukuran, Bentuk dan Konsistensi Uterus

Pada permukaan bimual korpus uteri teraba liat dan elastis dan kadang-kadang menjadi sangat lunak.

3. Perubahan pada Cerviks

Pada kehamilan 6-8 minggu, cervik menjadi sangat lunak. Konsistensi jaringan cervik lebih mirip dengan konsistensi bibir pada mulut dari pada cartilago hidung,seperti pada wanita yang sedang tidak hamil.

4. Kontraksi Braxton Hicks

Selama kehimilan uterus mengalami kontraksi – kontraksi yang dapat diraba,biasanya tanpa nyeri dengan interval yang teratur mulai dari kehamilan dini. Kontraksi – kontraksi ini dapat bertambah jumlah dan amplitudonya kalau uterus dimasase.

5. Tanda Chadwick

Selama kehamilan, mukosa vagina sering kelihatan gelap merah kebiruan atau merah muda.

6. Teraba Ballotement

Mendekati pertengahan kehamilan, Volume janin masih kecil dibandingkan dengan volume cairan amnionnya. Akibatnya, tekanan mendadak yang dikenakan pada uterus dapat menyebabkan janinnya tenggelam dalam cairan amnion dan kemudian kembali keposisi semula.

C. Tanda Positif Kehamilan

1. Identifikasi Kegiatan Jantung Janin

Mendengarkan atau menemukan denyut jantung janin menjamin diagnosa kehamilan. Kontraksi jantung janin dapat diidentifikasi dengan auskultasi menggunakan fetoskop dengan prinsip doppler ultrasonik dan dengan menggunakan sonografi. Denyut jantung janin dapat dideteksi setelah 17 minggu gestasi. Dalam kondisi normal denyut jantung janin berkisar dari 120 sampai 160 denyut semenit dan terdengar sebagai sebuah bunyi ganda mirip detikan jam dibawah bantal.

2. Persepsi Gerakkan Janin

Tanda positif kehamilan kedua adalah adanya gerakan – gerakan janin dalam pemeriksaan. Setelah kehamilan 20 minggu, gerakan janin dapat dirasakan pada interval waktu yang tidak tentu, dengan meletakkan tangan pemeriksa pada abdomen pada wanita tersebut.

3. Terlihat tulang – tulang janin dalam fhoto rontgen.

Sabtu, 07 Agustus 2010

PEMILUKADA

PEMILUKADA sama dengan zionis israel... sangat menakutkan bagi kaum PNS krn dipaksa dgn intimidasi utk memilih salah satu calon sehingga sendi-sendi profesional birokrasi didaerah hilang yg tinggal hanyalah proporsional dari kontribusi perjuangan pemenang pemilukada, sementara yg kalah akan menjadi termarginalkan hanya krn mengikuti hati nurani atau mgkn krn calon lain adalah saudaranya... Jadi DIMANA LETAK KEADILANNYA???. jadi mgkn akan lebih bijak klo penentuan pimpinan daerah dikembalikan lagi ke DEWAN spy birokrasi dapat berjalan bukankah undang-undangx jelas klo PNS dilarang berpolitik...tp klo spt ini susah kita meramalkan sampai kapan negara ini akan bertahan... klo pengambil kebijakan bukan lagi dari background pendidikan dan keahlian melainkan karena kedekatan emosional dengan peguasa DIDAERAH...oleh karena itu masihkah sistem ini akan kita pertahankan???

Sabtu, 17 Juli 2010

OSPEK DAN MANFAATNYA

Bulan ini adalah saat di mana para mahasiswa baru di banyak kampus mulai merinding hebat: Ospek sudah dekat, GAWWAT. Orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) memang identik dengan perploncoan, padahal tidak selalu demikian halnya. Apapun, telah banyak kritik dan penentangan dari masyarakat. Ada banyak yang mengajukan argumen tentang mengapa ospek perploncoan harus dihapuskan. Nah, tulisan saya berikut adalah tentang mengapa ospek perploncoan masih terus lestari hingga sekarang dan juga tentang pemikiran saya mengapa pengondisian keras masih dibutuhkan.

Bagi Anda yang sudah berkutat lama dengan issue ospek dan pengkaderan massal mahasiswa baru, mustinya pertanyaan berikut sudah tak asing:

Mengapa sih ospek perploncoan susah dihapuskan? Apa yang membuat aktivitas ini begitu berharga sehingga segala upaya yang dilakukan pihak rektorat untuk menghapusnya seringkali berakhir dengan keberatan luar biasa dan kegagalan?

Sesuai dengan namanya, apakah tujuan awal dari Ospek adalah untuk membantu mahasiswa baru mengenal program studi dan kampusnya? Iya, memang. Tapi bukan itu yang jadi pertimbangan kenapa perploncoan menjadi bagian lekat darinya. Dalam maksud saya menawarkan alternatif atau modifikasi dari model ospek yang ada, saya merasa akan lebih adil kiranya untuk terlebih dahulu menilik baik-baik maksud dan logika pembentukan budaya perploncoan ini. Jangan hanya mencela tanpa berusaha memahami, karena di balik aktivitas yang unik ini pasti ada motif baik yang bisa kita temukan. Tidak mungkin perploncoan bisa menjadi budaya bila bukan karena kemanfaatan positif yang bisa dihasilkan darinya.

474028840 225f33cf73 b Tinjauan Kritis Ospek Perploncoan Mahasiswa Baru
Senior yg melakukan ospek seperti ini mustinya punya tujuan baik. Sekarang tinggal kita telusuri lagi bagaimana sih kok bisa perploncoan yang kayak gini bisa dibilang punya manfaat positif. [foto diambil dari koleksi mas Dhana]


Perlu kita ketahui bahwa fenomena Ospek dengan perploncoan ini juga terjadi di negara-negara lain (silahkan googling dg keyword initiation ceremonies). Konsep Ospek Perploncoan sudah dikenal sejak lama. Suku Thonga dari Afrika Selatan adalah salah satu suku tertua yang masih memelihara tradisi perploncoan untuk anak lelaki yang ingin mendapat pengakuan sebagai seorang lelaki dewasa.

Ketika seorang bocah telah berusia antara 10 hingga 16 tahun, dia dikirim oleh orang tuanya di “curcumcision school” yang diselenggarakan tiap 4 atau 5 tahun sekali. Ritual inisiasi ini dimulai dengan berlarinya setiap bocah dalam garis panjang yang di sana telah berbaris para lelaki dewasa yang akan memukuli mereka dengan tongkat kayu di sepanjang perjalanan. Di akhir perjalanan, baju sang bocah akan dilucuti dan rambutnya dicukur habis. Dia lalu harus menjalani tiga bulan masa inisiasi untuk menjalani enam ujian utama: dipukuli (oleh lelaki dewasa yang telah dilantik), bertahan dalam cuaca dingin tanpa baju dan selimut, kehausan, makan makanan yg sungguh tak enak & layak, dihukum (semisal dg meremukkan jari ketika ketahuan melanggar aturan), dan terancam tewas selama menjalani ritual. Semua ini mengingatkan saya pada cerita di film 300! di mana pemuda Spartan harus menjalani masa2 dengan ritual inisiasi yang mirip dengan suku Thonga ini.
spartan ospek perploncoan trial
Ospek perploncoan suku tribal dan spartan memang amat keras, namun seluruh aktivitas perploncoan mereka relevan dengan untuk apa mereka dimaksudkan hidup; yakni petarung untuk berperang.
300 movie03 Tinjauan Kritis Ospek Perploncoan Mahasiswa Baru

Memang aneh, tapi perploncoan modern juga memiliki enam unsur yang sama dengan ospek di tribal world; mulai dari pemukulan, exposure pada dingin, siksaan haus, makan makanan yang memuakkan, hukuman, hingga ancaman kematian. Seperti ospek yang dilakukan di salah satu kampus ternama di Bandung, di sana mahasiswa baru diinjak-injak senior secara beramai-ramai, long march di gunung dalam keadaan kurang makan, kurang minum, dan tidur pun di atas pohon. Sementara di kampus lain perploncoan di kampus lain di Jawa Barat -seperti yang kita tahu- telah mengakibatkan kematian dari salah satu prajanya.

Sabtu, 12 Juni 2010

PILKADA MUNA

Raha 12 Juni 2010
Meski KPU Kabupaten Muna belum menetapkan hasil final Pilkada yang digelar pada tanggal 10 juni 2010 kemarin, namun hampir bisa dipastikan bahwa Pasangan yang diusung PAN, PDI dan DEMOKRAT (DAMAI) yang akan keluar sebagai pemenang.

Kemenangan DAMAI tersebut berdasarkan hasil quick count atau penghitungan cepat Jaringan Survei Indonesia dan diperkuat dengan rekapan via Fax DATA REKAPAN PPK (C.1) utk 33 Kecamatan di kabupaten Muna pada Sabtu tgl 12 Juni 2010 jam 21:51 WIT malam ini "untuk sementara DAMAI unggul dgn perolehan suara 47.324 (36,04%) persen.
Kabupaten Muna terdiri dari 33 kecamatan dan 237 desa, dari total 33 kecamatan itu ,DAMAI sudah mengungguli.

“Sebelumnya, Djohan Boy telah mengadakan jumpa pers di Galampano 11 juni kemarin dan memprediksikan kemenangan Rusman Emba - P haridin atau yang akrab disebut RAMAH itu"."sehingga menimbulkan keresahan masyarakat akibat timbulnya saling klaim-mengklaim kemenangan di antara dua kubu tersebut".

Kemenangan DAMAI pada Pilkada Muna sebelumnya tidak diprediksi" bahkan Lembaga Survei Independent (LSI) menyatakan bahwa pasangan Rusman Emba - P.Haridin RAMAH memiliki popularitas yang tinggi berbanding pasangan DAMAI, namun survey itu meleset sama sekali dari hasil yang ada sekarang ini.
.
“Sekarang, tugas kita adalah menunggu hasil resmi dari KPU setempat sambil terus mengawasinya. Saya harap, semuanya berjalan baik dan lancar,”.

Rabu, 13 Januari 2010

ADDISON' DESEASE

ADDISON’S DISEASE
A. DEFINISI
Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa.
B. ETIOLOGI
Dapat dikelompokan dalam 3 kategori utama :
1. Dysgenesis adrenal : Umumnya terjadi sejak masa neonatal atau masa bayi, misalnya dikenal dengan AHC (Adrenal Hipoplasia Adrenal).
2. Kerusakan adrenal : Terjadi infeksi, hemorrhage, metastase adrenal, dan biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih besar yang sering kali muncul sebagai bagian dari Syndrome Polyglandular Autoimmune (APS), Kalau pada anak laki-laki Adrenoleukodystrophy yaitu gangguan yang berkaitan dengan DAX-1 sudah sejak lama menjadi penanda yang semakin sering dikenali. Sementara pada pria dewasa kejadian infeksi dan kegagalan adrenal metastatic juga semakin meningkat.
3. Kerusakan steroidogenesis : Dimana terjadi defisiensi enzim dalam metabolisme kolesterol, misalnya pada Sindrome Smith-Lemli-Opitz (SMOS).
C. PATHOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIK
Kekurangan adrenal dapat terjadi dapat menunjukan gejala klinik sebagai berikut :
• Lemah, cepat lelah sampai susah bicara
• Mual, muntah terus menerus sampai diarhe
• Anorexia
• Kelemahan otot, kelelahan
• Hipotensi
• Berat badan yang menurun
• Gangguan gastrointestinal
• Gejala-gejala psikis seperti : gugup, bahkan dapat sampai depresi
• Fungsi seks menurun, pada wanita menimbulkan frigiditas dan gangguan haid, pada pria dapat terjadi impotensia.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Limfositosis dan eosinofilia ( > 400/mm3)
2. Penurunan kadar natrium dan klorida dalam darah. Ratio Na/K menurun sampai 20 ( normal 30)
3. Hiperkalemia
4. Kadar kortisol plasma menurun dengan tanpa respons pada pemberian ACTH secara IM (primer) atau ACTH secara IV.
5. Tes khusus :
• Water Diuresis Test
• Tes stimulasi
• Tes thon
• Tes metirapon (Metapiron)
6. Urine 24 jam

Senin, 11 Januari 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu dari aspek psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran adalah faktor minat belajar mahasiswa, minat sebagai daya gerak yang mendorong untuk memberi perhatian terhadap orang atau objek dengan kata lain menjadi alasan mengapa seseorang memberi perhatian dan lebih berperan aktif terhadap objek atau kegiatan (Crow & Crow dikutip oleh Djaali, 2008).
Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen, salah satu diantaranya adalah pembelajaran laboratorium, pengalaman belajar praktika (laboratorium) merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka memperkuat teori – teori / pengetahuan yang didapat dengan memperkuat belajar lain (Zainuddin. M , 2005). Pembelajaran keterampilan motorik membutuhkan praktik yaitu kesempatan untuk mencoba dan pada akhirnya memperlancar semua proses yang esensial untuk menghasilkan kinerja terkoordinasi yang lancar.
Keinginan, kemauan, serta kesempatan untuk latihan yang kurang dari peserta didik dalam memanfaatkan kesempatan belajar di laboratorium dan belum maksimalnya peran serta bimbingan dosen, yang mungkin menjadi hambatan dalam pencapaian hasil yang diharapkan selama proses pembelajaran di laboratorium, masih merupakan permasalahan yang perlu pemecahan bersama-sama. Yang dimaksud dengan praktikum adalah kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan di laboratorium, baik di kampus maupun di lahan praktik untuk melatih keterampilan yang berfokus kepada integritas ilmu dan teknologi dalam melakukan praktik klinik. Kegiatan ini dapat menggunakan metode simulasi, demonstrasi, role play dan bed site teaching dimana satu SKS praktikum sama dengan 100 menit tiap pertemuan/minggu. Belajar di laboratorium tidaklah sama dengan belajar didalam kelas karena belajar di laboratorium mahasiswa dituntut lebih aktif dan terampil. (http://digilib.unnes.ac.id.pdf)
Kurangnya minat belajar mahasiswa di laboratorium merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, kurang adanya minat belajar akan mempengaruhi respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan, dimana kurangnya ketertarikan, keinginan dan kesiapan untuk menerima pembelajaran yang berakibat pencapaian kemampuan psikomotor yang kurang maksimal (Reilly D.E dan Obermann M. H, 2002 ).
Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjadi staf di Akademi Keperawatan Pemkab Muna waktu pembelajaran di laboratorium yaitu 2 x 50 menit sehingga belum bisa memberikan kesempatan pada semua mahasiswa untuk dapat mencoba tindakan yang di ajarkan dan bimbingan dari dosen dalam membina peserta didik untuk lebih memahami materi pembelajaran karena hanya terbatas pada jam perkuliahan di laboratorium saja, selain itu terbatasnya sarana dan prasarana baik fisik maupun sumber daya tenaga pengajar yang tersedia yang sangat minim merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan perhatian serius pengelola maupun pemerintah daerah Kabupaten Muna selaku penanggung jawab.
Nilai evaluasi praktik di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan beban 4 SKS tahun 2008 yaitu rata-rata kelas 2,75 dan ada beberapa mahasiswa yang mendapat remedial. (BAAK Akper Pemkab Muna, 2008).
Dengan demikian minat belajar di laboratorium menjadi suatu fenomena yang mungkin akan mendukung untuk meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik. Dimana minat merupakan sumber motivasi yang mungkin mendorong untuk lebih memahami serta mengembangkan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih kompleks. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus
mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia Akademi Keperawatan Pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. Mengidentifikasi kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi keperawatan pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
3. Mengidentifikasi hubungan minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna Prop. Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui mekanisme peningkatan kemampuan psikomotor setelah konsep
minat digunakan sebagai dasar pembelajaran di laboratorium.
2. Dapat dijadikan perbandingan dari berbagai mekanisme peningkatan kemampuan dan pengembangan kemampuan psikomotor dalam penerapan metode-metode pembelajaran.
3. Konsep minat belajar dapat dijadikan acuan oleh pembimbing Akademik dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat selama kegiatan di laboratorium.
4. Konsep minat dapat digunakan oleh peserta didik sebagai strategi untuk meningkatkan peran dalam proses pembelajaran di laboratorium.