http//www.manahilkhair.com

special for AiLL My son n Muhar my wife

Rabu, 07 Oktober 2009

ASKEP GASTRO ENTERITIS

BAB I
PENDAHULUAN

Kedaruratan medic dapat terjadi pada seseorang maupun sekelompok manusia pada suatu saat dan dimana saja. Hal ini dapat berupa serangan penyakit dimana saja secara mendadak, kecelakaan ataupun bencana alam. Keadaan ini membutuhkan pertolongan segera yang dapat berupa pertolongan pertama sampai pada pertolongan selanjutnya di rumah sakit. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah atau membatasi kecatatan serta meringankan penderitaan dari penderita.

Selain pertolongan, keadaan ini juga membutuhkan pengetahan dan keterampilan yang baik dari penolong. Oleh karena itu, sebagai seorang tenaga kesehatan kita dituntu untuk terampil dalam menangani segala hal yang berhubungan dengan hal-hal yang mengancam kehidupan manusia.

Makalah ini akan membahas tentang penanggulangan gawat darurat pada pasien gastroenteritis. Kasus ini cukup banyak ditemui di rumah sakit bahkan di temui dalam lingkungan kita sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai penulis kami berharap makalah ini dapat berguna sebagai penuntun dalam menghadapi kasus seperti ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua dan dapat menambah ilmu pengetahuan kita. Kami juga akan sangat berterima kasih jika teman-teman memberikan saran dan kritik buat kesempurnaam makalah ini sehingga ilmu dan keterampilan kita.










BAB II
KONSEP MEDIS

II.1 Pengertian
Adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Faeses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir).

II.2 Etiologi
1. Makanan dan Minuman
a. kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis, banyak serat atau dapat juga karena kekurangan zat putih telur.
b. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.
c. Keracunan makanan
2. Infeksi atau Investasi Parasit
Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan:
a. Vibrio Cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas.
b. Enterovirus (Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus.
c. Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis.
3. Jamur (Candida Albicans)
4. Infeksi diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis Media Akut 􀃆 radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher 􀃆 tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).
5. Perubahan udara
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis.
6. Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

II.3 Patofisiologi
Penularan gastroenteritis biasa melalui fekal oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolt ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan seksresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri itu adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metbolik dan Hipokalemi), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

II.4 Gejala Klinik
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.





















BAB III
ASKEP KEGAWATDARURATAN

1. Pengkajian
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
a. Pastikan kepatenan jalan napas
b. Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
c. Jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke ICU
Breathing
a. Kaji respiratory rate
b. Kaji saturasi oksigen
c. Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
d. Auskultasi dada
e. Lakukan pemeriksaan rontgent
Circulation
a. Kaji denyut jantung
b. Monitor tekanan darah
c. Kaji lama pengisian kapiller
d. Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
e. Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
f. Catat temperature
g. Lakukan kultur jika pyreksia
h. Lakukan monitoring ketat
i. Berikan cairan per oral
j. Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.

Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
Exposure
a. Kaji riwayat sedetil mungkin
b. Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
c. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
d. Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
e. Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
f. Lakukan pemeriksaan abdomen
g. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
h. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas
i. Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui
j. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui
k. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan

2. Penatalaksanan
Untuk penatalaksanaan dibedakan atas kasus dewasa dan anak-anak
a. Untuk dewasa
Gejala dan tanda :
Secara klinis dibedakan dalam dua bentuk :
Gastroenteritis Choleriform
Penyebabnya antara lain : ialah Vibrio Parachemolitica,Vibrio Eltor, E. Coli, Clastridia, keracunan makanan. Bentuk ini trersering menyebabkan dehidrasi. Gejala utamanya diare dan muntah. Diare yang terjadi tanpa mules tanpa tenesmus dan tidak mual. Bentuk tinja seperti air cucian beras.
Gastroenteritis disentriform
Penyebabnya antara lain ialah Entamoeba Histolitica, Shigella, Salmonella. Bentuk ini jarang mengakibatkan dehidrasi. Gejala yang timbul ialah kolik, diare, tenesmus, kotoran mengandung darah dan lender yang semuanya disebut sindrom disentri.
Penatalaksanaan :
Prinsip penatalaksanaannya adalah :
Menggantikan cairan yang hilang dan mengatasi syok
Mengganti elektrolit yang hilang
Mengenal dan mengatasi komplikasi yang terjadi
Memberantas penyebabnya
Urutan tindakan ialah :
Menentukan nilai untuk menghitung jumlah cairan yang dibutuhkan.
Pedoman menentukan nilai untuk menhitung jumlah cairan yang dibutuhkan pada penanggulangan kasus Gastroenteritis
Gejala Nilai
1. Muntah
2. Apatis
3. Somnolent, sophorous
4. TDS < 90 mmHg
5. TDS < 60 mmHg
6. Nadi > 120/menit
7. Pernapasan > 30/menit
8. Turgor menurun
9. Ekstremitas dingin
10. Washer woman’s hand
11. Vox cholerica
12. Facies cholerica
13. Sianosis
14. Umur antara 50-60 tahun
15. Umur > 60 thun
16. Underweight 1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
-1
-2
-1

Pemberian cairan dan elektrolit.
Cairan diberikan sebanyak :
Nilai
------- X berat badan x 0,1 x 1 liter
15
Yang diberikan dalam waktu 2 jam. Dua jam berikutnya diberikan cairan sebanyak pengeluaran cairan 2 jam pertama, demikian selanjutnya tiap 2 jam dihitung cairan yang keluar.
Cara pemberian cairan adalah :
Per Oral
Diberikan bila nilai kurang dari 3. Untuk menghindari muntah, maka kadar kalium harus rendah, misalnya dengan menggunakan Cairan COS (Cholera Oral Solution)
Per Infus (I.V.F.D.)
Dapat diberikan bersamaan dengan cairan per oral sehingga mengurangi kebutuhan cairan per infuse. Bila terjadi syok atau penurunan kesadaran, cairan per oral tidak diberikan. Cairan per infuse yang digunakan adalah Ringer Laktat atau Larutan NaCl 0,9% : Na Bikarbonat 1,5% = 2 : 1, ditambah dengan pulvus KCl 3x1 gram secara oral. Bila terjadi Oliguri atau anuri, pemberian Kalium harus hati-hati.
Terapi Kausal
Pada gastroenteritis choleriform, diberi tetrasiklin dan pada gastroenteritis disentriform diberikan metronidazole, Tinidazole, Emetine Bismuth Iodide, Tetrasiklin serta ampicilin.


b. Untuk anak-anak
Gejala dan tanda :
Gejala utama ialah timbulnya diare, sedangkan gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai Nampak. Dehidrasi dibagi menurut banyaknya cairan yang hilang, menjadi :
Dehidrasi ringan, jika kehilangan cairan 0-5% atau rata-rata 25 ml/kg BB
Dehidrasi Sedang, jika kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75 ml/kg BB
Dehidrasi berat, jiika kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata125 ml/kg BB
Penatalaksanaan
Mengatasi Dehidrasi
dehidrasi ringan dan sedang
Diberi garam oralit 2-5 gelas/hari selama 2-3 hari. ASI tetap diberikan. Sebaiknya penberian oralit dengan sendok, tidak dengan botol, sebab dot pada botol dapat merangsang tenggorok sehingga menimbulkan muntah. Adanya muntah tidak merupakan kontra indikasi bagi pemberian oralit; dalam keadaan ini, pemberian sedikit-sedikittapi sering dan bila muntah tidak dapat diatasi diberikan obat anti muntah. Secara sederhana dan praktis, garam oralit dapat dibuat dengan cara: ke dalam 1 L air steril dicampurkan ½ sendok the peres NaCl, ¼ sendok the peres Natrium bikarbonat dan 2 sendok makan sendok peres glukosa
Dehidrasi Berat
Penderita dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan intravena.
 Neonatus
Cairan yang diberikan adalah 4 : 1 (cairan glukosa 5-10% : Natrium Bikarbonat = 4 : 1). Jumlah kebutuhan cairan dalam 24 jam adalah 250 x BB (dalam CC), 4 jam pertama diberikan ¼ bagian dengan jumlah tetesan X/48 tetes/menit, 20 jam brikutnya, sisa cairan dibagi rata dengan jumlah tetesan X/80 tetes/menit
 Bayi (bukan neonatus)
Empat jam pertama diberikan cairan dengan jumlah tetesan 6 x BB/tetes/menit. Empat jam kedua diberikan cairan 3A dengan tetesan 3 x BB/tetes/menit. Enam belas jam berikutnya, diberikan cairan DG (Darrow Glucose) dengan jumlah tetesan 3 X BB/tetes/menit.
 Neonatus BBLR
Cairan yang diberikan adalah cairan 4 : 1. Jumlah kebutuhan cairan dalam 24 jam ialah 250 x BB (dalam CC).

Pada dehidrasi berulang yaitu bila anak sudah refeeding jatuh dalam dehidrasi kembali, maka pada dehidrasi ringan dan sedang diusahakan memperbanyak intake dengan G.O.S. , sedangkan pada dehidrasi berat maka mulai lagi seperti prinsip di atas. Pada dugaan kolera (dengan gejala buang air besar seperti air cucian beras, pre syok atau syok) diberikan cairan Ringer Laktat pada 1 jam pertama jumlah tetesan adalah 10 x BB/tetes/menit dan 7 jam berikutnya adalah 3 x BB/tetes/menit. Bila setelah 1 jam sudah teratasi, teruskan sampai 1 jam. Bila setelah 1 jam belum teratasi, teruskan sampai teratasi.

Antibiotika
Bila penyebab panas belum dibuktikan/ditemukan, maka pemberian antibiotika adalah sebagai berikut:
Diberikan di atas umur Neonatus
Suhu sampai 38,50c : tidak diberikan antibiotika
38,50C-39,50C : Prokain-penisilin 50.000 U/kgBB/hari
39,5-400C :Prokain-penisilin dan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
Lebih dari 400 C : Ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis dan gentamisin 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
Neonatus/BBLR: pemberian antibitika harus agresif diberi ampisilin dan gentamisin

Koreksi asidosis metaboliks
Koreksi sidosis dilakukan bila terdapat gejala pernapasan kusmaul atau secara pasti ditentukan dengan astrup yaitu kadar HCO3- kurang dari 18 mEq/L. Pemberian Na¬ –bikarbonat adalah 0,3 x BB x base excess mEq/L yang diberikan separuh dahulu sedangkan sisanya diberikan kemudian bila masih diperlukan.
Perhitungan pemberian larutan Na-bikarbonat:
Misalnya larutan Na-bikarbonat yang digunakan adalah 7% (Meylon®), maka jumlah pemberian adalah
0,3 x BB x BE x 8,4/7
2
Untuk larutan Na-bikarbonat 8,4% 1 ml = 1 mEq

Koreksi Elektrolit
Biasanya sudah teratasi dengan pemberian cairan 3A dan Darrow Glucose. Namun demikian, bila terjadi Hipokalemi (dengan gejala kembung) dapat diberikan 2-4 mEq/kg BB/24 jam atau diberi KCl per oral 75 mg/kgBB/hari. Bila timbul kembung, anamnesa harus teliti, sebab kembung yang terjadi sebelum diare dicurigai adanya gejala-gejala ileus paralitik, ileus obstruksi atau invaginasi.

Penyulit-penyulit yang mungkin terjadi: kejang, sepsis, bronkopneumonia, encephalitis.





BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang kami ambil dari makalah ini yaitu :
1. Gastrointestinal dalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.
2. pebabnya adalah : Makanan dan Minuman,infeksi atau Investasi Parasit , jamur (Candida Albicans) ,Infeksi diluar saluran pencernaan , .Perubahan udara , Faktor Lingkungan
3 patofisiologinya : gangguan osmotik , gangguan seksresi, Gangguan motilitas usus
4. pengkajian meliputi ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, and Exposure).
5. prinsip penatalaksanaannya adalah :
Menggantikan cairan yang hilang dan mengatasi syok
Mengganti elektrolit yang hilang
Mengenal dan mengatasi komplikasi yang terjadi
Memberantas penyebabnya

IV.2. Saran
Sebaiknya tugas ini diberikan sejak pertemuan awal supaya mahasiswa dapat mempersiapkan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
http://nursingspirit.blogspot.com/html. 25 juni 2008. asuhan keperawatan gawat darurat pada gastroenteritis.
http://askep.blogspot.com/html. 08 januari 2008. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis.
Sampurna,Budi. 2000. Kedaruratan Medik. Binarupa aksara : Grogol, Jakarta Barat.
Rab, Tabrani. 1998. Critical Care. P.T Alumni: Bandung
Harnawatiaj. 09 Maret 2008. http://Harna’sblog.com/html. Gastroenteritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar