http//www.manahilkhair.com

special for AiLL My son n Muhar my wife

Rabu, 13 Januari 2010

ADDISON' DESEASE

ADDISON’S DISEASE
A. DEFINISI
Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa.
B. ETIOLOGI
Dapat dikelompokan dalam 3 kategori utama :
1. Dysgenesis adrenal : Umumnya terjadi sejak masa neonatal atau masa bayi, misalnya dikenal dengan AHC (Adrenal Hipoplasia Adrenal).
2. Kerusakan adrenal : Terjadi infeksi, hemorrhage, metastase adrenal, dan biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih besar yang sering kali muncul sebagai bagian dari Syndrome Polyglandular Autoimmune (APS), Kalau pada anak laki-laki Adrenoleukodystrophy yaitu gangguan yang berkaitan dengan DAX-1 sudah sejak lama menjadi penanda yang semakin sering dikenali. Sementara pada pria dewasa kejadian infeksi dan kegagalan adrenal metastatic juga semakin meningkat.
3. Kerusakan steroidogenesis : Dimana terjadi defisiensi enzim dalam metabolisme kolesterol, misalnya pada Sindrome Smith-Lemli-Opitz (SMOS).
C. PATHOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIK
Kekurangan adrenal dapat terjadi dapat menunjukan gejala klinik sebagai berikut :
• Lemah, cepat lelah sampai susah bicara
• Mual, muntah terus menerus sampai diarhe
• Anorexia
• Kelemahan otot, kelelahan
• Hipotensi
• Berat badan yang menurun
• Gangguan gastrointestinal
• Gejala-gejala psikis seperti : gugup, bahkan dapat sampai depresi
• Fungsi seks menurun, pada wanita menimbulkan frigiditas dan gangguan haid, pada pria dapat terjadi impotensia.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Limfositosis dan eosinofilia ( > 400/mm3)
2. Penurunan kadar natrium dan klorida dalam darah. Ratio Na/K menurun sampai 20 ( normal 30)
3. Hiperkalemia
4. Kadar kortisol plasma menurun dengan tanpa respons pada pemberian ACTH secara IM (primer) atau ACTH secara IV.
5. Tes khusus :
• Water Diuresis Test
• Tes stimulasi
• Tes thon
• Tes metirapon (Metapiron)
6. Urine 24 jam

Senin, 11 Januari 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu dari aspek psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran adalah faktor minat belajar mahasiswa, minat sebagai daya gerak yang mendorong untuk memberi perhatian terhadap orang atau objek dengan kata lain menjadi alasan mengapa seseorang memberi perhatian dan lebih berperan aktif terhadap objek atau kegiatan (Crow & Crow dikutip oleh Djaali, 2008).
Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen, salah satu diantaranya adalah pembelajaran laboratorium, pengalaman belajar praktika (laboratorium) merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka memperkuat teori – teori / pengetahuan yang didapat dengan memperkuat belajar lain (Zainuddin. M , 2005). Pembelajaran keterampilan motorik membutuhkan praktik yaitu kesempatan untuk mencoba dan pada akhirnya memperlancar semua proses yang esensial untuk menghasilkan kinerja terkoordinasi yang lancar.
Keinginan, kemauan, serta kesempatan untuk latihan yang kurang dari peserta didik dalam memanfaatkan kesempatan belajar di laboratorium dan belum maksimalnya peran serta bimbingan dosen, yang mungkin menjadi hambatan dalam pencapaian hasil yang diharapkan selama proses pembelajaran di laboratorium, masih merupakan permasalahan yang perlu pemecahan bersama-sama. Yang dimaksud dengan praktikum adalah kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan di laboratorium, baik di kampus maupun di lahan praktik untuk melatih keterampilan yang berfokus kepada integritas ilmu dan teknologi dalam melakukan praktik klinik. Kegiatan ini dapat menggunakan metode simulasi, demonstrasi, role play dan bed site teaching dimana satu SKS praktikum sama dengan 100 menit tiap pertemuan/minggu. Belajar di laboratorium tidaklah sama dengan belajar didalam kelas karena belajar di laboratorium mahasiswa dituntut lebih aktif dan terampil. (http://digilib.unnes.ac.id.pdf)
Kurangnya minat belajar mahasiswa di laboratorium merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, kurang adanya minat belajar akan mempengaruhi respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan, dimana kurangnya ketertarikan, keinginan dan kesiapan untuk menerima pembelajaran yang berakibat pencapaian kemampuan psikomotor yang kurang maksimal (Reilly D.E dan Obermann M. H, 2002 ).
Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjadi staf di Akademi Keperawatan Pemkab Muna waktu pembelajaran di laboratorium yaitu 2 x 50 menit sehingga belum bisa memberikan kesempatan pada semua mahasiswa untuk dapat mencoba tindakan yang di ajarkan dan bimbingan dari dosen dalam membina peserta didik untuk lebih memahami materi pembelajaran karena hanya terbatas pada jam perkuliahan di laboratorium saja, selain itu terbatasnya sarana dan prasarana baik fisik maupun sumber daya tenaga pengajar yang tersedia yang sangat minim merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan perhatian serius pengelola maupun pemerintah daerah Kabupaten Muna selaku penanggung jawab.
Nilai evaluasi praktik di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan beban 4 SKS tahun 2008 yaitu rata-rata kelas 2,75 dan ada beberapa mahasiswa yang mendapat remedial. (BAAK Akper Pemkab Muna, 2008).
Dengan demikian minat belajar di laboratorium menjadi suatu fenomena yang mungkin akan mendukung untuk meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik. Dimana minat merupakan sumber motivasi yang mungkin mendorong untuk lebih memahami serta mengembangkan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih kompleks. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus
mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia Akademi Keperawatan Pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. Mengidentifikasi kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi keperawatan pemkab Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
3. Mengidentifikasi hubungan minat belajar di laboratorium mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dengan kemampuan psikomotor pemasangan infus pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Muna Prop. Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui mekanisme peningkatan kemampuan psikomotor setelah konsep
minat digunakan sebagai dasar pembelajaran di laboratorium.
2. Dapat dijadikan perbandingan dari berbagai mekanisme peningkatan kemampuan dan pengembangan kemampuan psikomotor dalam penerapan metode-metode pembelajaran.
3. Konsep minat belajar dapat dijadikan acuan oleh pembimbing Akademik dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat selama kegiatan di laboratorium.
4. Konsep minat dapat digunakan oleh peserta didik sebagai strategi untuk meningkatkan peran dalam proses pembelajaran di laboratorium.